Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengekpresikan gaya bertinju untuk menghadapi Pilpres AS pada November mendatang (Foto: CNN)
WASHINGTON DC, jurnal9.com – Nama Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump diprediksi akan kalah telak dalam pemilihan presiden pada November mendatang. Ini mengingat pemerintahannya yang terus dirongrong utang sampai US$ 25 triliun atau setara Rp 375 kuadriliun, sehingga AS kini memasuki krisis ekonomi paling buruk selama diterpa pandemi corona.
Akibat utang AS yang melebihi 100 persen Gross Domestic Product (GDP), dan tingkat pengangguran yang melonjak, membuat negara dalam kondisi keuangan yang sangat sulit. Ini terlihat selama masa pandemi corona di AS, pemerintahan Trump kesulitan menutupi biayai insentif pemotongan pajak dan lonjakan belanja negara.
Oxford Economics memperkirakan resesi ekonomi AS selama masa pandemi corona telah menyebabkan Trump jatuh dan akan kalah dalam pilpres nanti. Karena pihak Oxford Economics telah merilis model pemilihan nasional.
Dalam hal ini Oxford Economics menggunakan model pemilihan dengan menyodorkan konteks penilaian jumlah pengangguran, pendapatan, dan inflasi untuk mengukur hasil pilres. Hasilnya Trump hanya memperoleh 35 persen suara rakyat, dan ini menunjukkan kinerja yang buruk bagi seorang presiden dalam pemerintahannya.
Berbeda dengan hasil prediksi model pemilihan pra-krisis yang Trump memenangkan dengan raihan 55 persen suara. “Butuh keajaiban ekonomi, Trump bisa memenangkan dalam pilpres. Karena ekonomi menjadi penghalang Trump dalam pilpres mendatang,” tulis Oxford Economics dalam laporannya yang dilansir CNN pada Jumat (22/5).
Model pemilihan nasional yang digunakan Oxford Economics itu hasilnya selalu tepat dalam prediksi pemilihan presiden sejak 1948, kecuali 1968 dan 1976. Meskipun dua kandidat kalah dalam pemilihan umum, tetapi dapat memenangkan kursi presiden dalam rentang waktu tersebut. Termasuk terpilihnya George W Bush menjadi presiden pada tahun 2.000 dan Donald Trump pada 2016 lalu.
Oxford Economics dalam laporannya menjelaskan model pemilihan nasional itu mengasumsikan ekonomi masih dalam kondisi buruk, dengan pengangguran di atas 13 persen, pendapatan per kapita riil turun hampir 6 persen dari tahun lalu, periode penurunan harga atau deflasi.
“Ekonomi diperkirakan masih berada dalam kondisi akan lebih buruk, dan depresi ekonomi yang hebat,” tulis laporan Oxford Economics.
Selain itu kinerja pemerintahan Trump dianggap tak berhasil mengatasi merebaknya virus corona yang melanda AS. Sampai kini sudah ada 1.593.039 orang terinfeksi, 94.917 orang meninggal dunia, dan 369.830 orang sembuh. Belum ada trend penurunan jumlah kasusna. Sehingga pandemi corona masih terus menjadi musuh AS yang membuat ekonomi negara Paman Sam itu hancur.
Meski Oxford Economics memprediksi Trump akan kalah telak dalam pilpres mendatang. Namun Presiden AS tak menghiraukan hasil prediksi lembaga ekonomi yang kridibel tersebut.
Trump sendiri menyebut mantan Wakil Presiden AS, Joe Biden, akan menjadi pesaingnya dari Partai Demokrat dalam pilpres mendatang. Dan Presiden AS itu mengatakan China akan memiliki Amerika Serikat, jika Joe Biden terpilih jadi presiden AS yang akan datang.
ARIEF RAHMAN MEDIA