Jurnal9.com
Headline News

Ancaman Corona Gelombang Kedua, Ditandai Kasus Penularan masih Tinggi

Profesor Lee Hoan-jong dari National University of Seoul, dan Michael Baker dari Kesehatan Masyarakat Otago University, Wellington, menyebutkan virus tidak bisa dihindari hanya dengan menggunakan masker, social distancing atau menjaga jarak sosial, tetapi perlu ilmu pengetahuan guna memberi kesadaran masyarakatnya untuk menghentikan penularan virus corona.  

BEIJING, jurnal9.com – Presiden Asia-Pacific Society of Clinical Microbiology and Infection, Paul Ananth Tambyah mengatakan negara paling berisiko menghadapi pandemi  corona gelombang kedua, ditandai kasus penularan lokal berkelanjutan dengan jumlah pasien yang terinfeksi mencapai ratusan hingga ribuan kasus per hari.

Padahal ada negara yang belum menurun pandemi secara keseluruhan, namun sudah membuka lockdown atau pembatasan sosial di beberapa wilayahnya. Negara yang sudah membuka (lockdown) penguncian wilayahnya ini yang dikhawatirkan menghadapi ancaman infeksi gelombang kedua virus corona yang lebih parah.

Memang sebagian negara ada yang berhasil mengendalikan penyebaran wabah dan menekan angka infeksi. Tetapi ada pula negara yang masih mengalami peningkatan kasus baru dengan jumlah pasien yang terinfeksi cukup tinggi per harinya.

South China Morning Post menyebutkan ada beberapa negara yang dinilai paling berisiko menghadapi pandemi virus corona gelombang kedua (second wave), ditandai kasus penularan lokal berkelanjutan dengan angka tinggi.

Negara mana saja yang berisiko menghadapi gelombang kedua pandemi corona?

Di wilayah Asia, negara dengan kasus penularan lokal berkelanjutan yang tinggi terjadi di India, Pakistan, China, Korea Selatan, Jepang dan Indonesia.

Tambyah menyebut India adalah salah satu negara terpadat penduduknya di dunia, pada Jumat  (19/6) melaporkan 13.586 kasus infeksi baru dalam satu hari. Angka ini tertinggi di Asia dan tertinggi keempat di dunia.

Sementara di Indonesia pada Kamis (18/6) sempat mencapai angka tertinggi 1.331 kasus baru dalam satu hari. “Indonesia menjadi negara lain di Asia yang memiliki potensi tinggi terserang gelombang kedua pandemi corona,”  kata Presiden Asia-Pacific Society of Clinical Microbiology and Infection  ini.

“Padahal sekarang Indonesia masih bekerja keras mengatasi penularan virus corona yang terus meluas dan meningkat jumlah pasien yang terinfeksi pada gelombang pertama ini,” lanjut Tambyah .

Di Pakistan pada Jumat (19/6) tercatat kasus kematian telah mencapai 136 orang dalam sehari.

Baca lagi  DWP KemenkopUKM Bagikan Sembako dan Perlengkapan Sekolah di Cianjur

Korea Selatan yang juga sudah membuka penguncian wilayahnya, karena sempat menurun drastis jumlah pasien yang terinfeksi, kini ditemukan kasus baru.  Seperti pada Jumat (19/6) lalu negara ginseng ini melaporkan 49 kasus baru, 32 di antaranya infeksi lokal.

“Kasus baru di Korea Selatan ini terdeteksi terjadi di ibukota Seoul dan kota  besar lainnya,” jelas Tambyah.

Bahkan,  Presiden Asia-Pacific Society of Clinical Microbiology and Infection  ini menyebutkan negara China yang sudah kondusif dan dianggap berhasil menghentikan penyebaran virus corona sampai nol persen, kini kembali melaporkan ada 184 kasus baru yang menjangkit di wilayah ibukota Beijing.

Keberhasilan China dapat menghentikan penyebaran virus corona dengan berbagai upaya pencegahan;  mulai dari menerapkan aturan yang ketat, social distancing, membatalkan penerbangan dalam dan ke luar negeri, sampai penguncian wilayah secara parsial, yang dijalankan masyarakatnya dengan disiplin, patut menjadi contoh negara lain.

Seorang profesor dari National University of Seoul, Lee Hoan-jong mengungkapkan bahwa virus tidak bisa dihindari hanya dengan melakukan  social distancing. “Gelombang kedua bisa datang kapan saja, belum ada masyarakat yang mendapat kekebalan, sebelum vaksin  ditemukan,” ujarnya.

Jepang juga termasuk negara yang memiliki risiko menghadapi ancaman pandemi corona gelombang kedua. Negara sakura  yang sempat turun jumlah kasus penularan orang yang terinfeksi ini, ternyata pada Kamis (18/6) lalu muncul 41 kasus baru di Ibukota Tokyo. Bahkan dilaporkan terjadi dengan jumlah di atas 40 kasus baru selama tiga kali dalam sepekan ini.

Banyaknya kasus baru itu, menurut Presiden dari Japan Association of Infection Disease (JAID) Kazuhiro Tateda, terjadi di kota besar karena adanya kehidupan malam, seperti pub, klub, dan tempat hiburan malam lainnya.

Belajar dari gelombang pertama

Dari penularan virus dan wabah yang terjadi pada gelombang pertama, masyarakat dunia bisa belajar apa saja yang bisa dilakukan secara efektif untuk mencegah penularan. Seperti pentingnya penggunaan masker, kapasitas pengujian dan sistem pelacakan yang tinggi.

Profesor Kesehatan Masyarakat di Otago University, Wellington, Michael Baker mengatakan hal yang tak kalah pentingnya lagi adalah dikembangkannya ilmu pengetahuan, keberadaan pemimpin yang baik, pemimpin yang bisa cepat tanggap menangani pandemi corona.

ARIEF RAHMAN MEDIA    

Related posts

Surya Paloh Ingatkan Jokowi Sebagai Presiden, Tidak Boleh Ikut Dukung Pencalonan Pilpres

adminJ9

Irjen Teddy Minahasa yang Ditangkap Kasus Narkoba, Sempat Menolak Diperiksa

adminJ9

Ekonomi Malaysia Resesi, Apakah Berpengaruh pada Ekonomi Indonesia?

adminJ9