Ilustrasi jinten hitam
YOGYAKARTA, jurnal9.com – Guru Besar Bidang Farmasetika Universitas Islam Indonesia (UII), Prof Yandi Syukri mengatakan ada 27 spesies tumbuhan yang pontensial dikembangkan menjadi obat covid-19 disebut dalam Alquran dan Hadist.
Hal itu disampaikan dalam pidato ilmiah di Rapat Terbuka Senat Milad Ke-78 UII di Kampus UII, Yogyakarta, pada Jumat (12/3) seperti dikutip Antara.
“Menemukan data ilmiah dari Alquran belakangan ini meningkat seiring dengan penyelidikan ilmiah modern. Banyak ayat dalam Alquran yang menjelaskan pentingnya tumbuhan,” tegasnya.
Yandi menjelaskan dari 27 spesies tumbuhan yang disebutkan dalam Alquran dan Hadits, beberapa yang mudah ditemukan, yaitu jinten hitam (habatussauda), madu, bawang putih, kurma, labu, zaitun, adas, delima, anggur, kayu arak atau siwak (untuk sikat gigi), bawang merah, tin, jelay, dan jahe.
Di antara tanaman tersebut, lanjut dia, yang sangat potensial untuk dikembangkan untuk pengobatan covid-19 yaitu jahe, serta jinten hitam (habatussauda).
Salah satu studi pemodelan molekul (molecular docking) untuk memprediksi interaksi protein host-virus pada masuknya SARS-CoV-2 menunjukkan efek penghambatan konstituen jahe (Zingiber officinale). Bahan ini menjadi penghambat masuknya virus SARS-CoV-2 yang menggunakan semua protein inang dan asal virus.
Tak hanya itu, kata Yandi, tanaman jahe merupakan suplemen peningkat kekebalan alami, serta bahan penyusun formulasi herbal yang direkomendasikan oleh BPOM sebagai tindakan pencegahan untuk meningkatkan kekebalan tubuh setelah wabah covid-19.
“Selain sebagai penghambat masuknya SARS-CoV-2, jahe juga dapat menjadi suplemen yang aman dan andal untuk memitigasi covid-19 untuk mengurangi infektivitas karena memiliki aktivitas antibakteri dan pendorong imunitas,” jelasnya.
Selain itu, menurut Yandi, ada jinten hitam atau habatussauda yang memiliki aktivitas antivirus, antioksidan, antiradang, antikoagulan, imunomodulator, bronkodilator, antihistaminik, antitusif, antipiretik, dan analgesik.
“Sehingga ini akan menjadi bahan obat herbal yang alami dan potensial untuk mengobati pasien covid- 19,” kata dia.
Guru Besar UII ini menjelaskan bahwa pengobatan herbal alami ini sudah digunakan sekitar 80 persen populasi dunia, terutama di negara berkembang untuk perawatan kesehatan primer yang dapat diterima secara budaya, serta kemudahan akses dan keterjangkauan.
“Karena itu produk herbal yang alami yang disebutkan dalam Alquran dan Hadits. Ini sangat menarik perhatian dari para ahli botani, ahli biokimia, dan farmakognosi, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut,” ungkapnya.
Ia juga menegaskan bahwa tanaman yang berkhasiat sebagai imunomodulator dapat memainkan peran penting dalam pengobatan infeksi inflamasi, dan imunodefisiensi melalui efeknya pada berbagai sel.
“Mekanisme kerjanya bisa sebagai imunomodulator, imunosupresi, atau imunoadjuvan untuk meningkatkan respons imun spesifik antigen,” tuturnya.
RAFIKI ANUGERAHA M