Ilustrasi seorang pekerja saat mengalami penurunan performa kerja
JAKARTA, jurnal9.com – Setiap orang menjalani hidup ini tak pernah lepas dari masalah. Selain ada persoalan rumahtangga, ada setumpuk pekerjaan di kantor yang membuat sesorang terus-menerus berpikir secara berlebihan (overthinking).
Padahal ini akan berdampak pada kesehatan mental; seperti stress, cemas, dan jiwanya menjadi takut menghadapi masalah.
Iis Anthea, seorang life transformation coach mengatakan dalam beberapa penelitian disebutkan bahwa manusia berpikir sampai 70.000 kali setiap harinya.
“Bahkan pada saat orang itu memiliki masalah, otaknya akan terus ‘lompat-lompat’ like jumping monkey,” ujarnya dalam sharing session gerakan #akuberdaya yang digagas desainer Nina Nugroho bekerja sama dengan Asosiasi Trainers Guild (TTG), seperti dikutip dari Harian Bisnis Indonesia.
Overthinking sendiri sebetulnya merupakan sebuah gejala. Dan bukan suatu penyakit. Namun seseorang dikatakan overthinking saat berpikir terlalu berlebihan. Misalnya saja masih sering berpikir untuk menceritakan kehidupan masa lalunya. Bahkan masa depan yang belum terjadi.
Saat sedang overthinking, otak akan terdistraksi (terganggu) berbagai macam masalah. Dan biasanya distraksi (gangguan) ini memiliki keterikatan dengan media sosial, seperti WhatsApp, Instagram, FB, dan bahkan sudah tercampur dengan deadline kerja, ekspektasi, masalah hidup dan lain sebagainya.
Ketika seseorang tak mampu memilah-milah masalah yang harus dipikirkan itu, maka hidupnya akan terasa penuh tekanan, sehingga tidak menutup kemungkinan akan berdampak pada kesehatan mental dan kestabilan jiwa.
Dalam sebuah penelitian, seseorang yang overthinking melihat kebiasaan ini sebagai sikap kehati-hatian. Namun jika terjadi overthinking justru membawa beberapa dampak negatif di antaranya:
1.Performa kerja menurun
Seseorang yang overthinking sulit untuk bisa berkonsentrasi, tidak fokus dalam memecahkan masalah, dan sulit berkomunikasi dengan orang lain.
Contoh seorang atlet yang memiliki kebiasaan overthinking seringkali mengalami boomerang, sehingga bisa menyebabkan penurunan performa saat bertanding.
- Aktivitas sehari-hari menjadi terhambat
Salah satu dampak overthinking adalah menurunnya kemampuan mengatur waktu sehingga banyak waktu terbuang percuma karena kerap memikirkan sesuatu terus menerus.
Akibatnya energi jadi terkuras, tubuh terasa lelah, dan mengidap insomnia. Bahkan orang-orang yang overthinking juga mengalami anxiety dreams atau sering terbangun pada waktu malam hari. Ini karena dipicu rasa kekhawatiran yang berlebihan.
- Emosi tidak terkontrol
Overthinking bahkan dapat mendorong seseorang tidak mampu mengendalikan emosinya yang meledak-ledak, panik, dan insecure.
Dari hasil penelitian disebutkan overthinking menyebabkan tekanan emosi yang berlebihan, sehingga mendorong seseorang untuk melampiaskan emosi dengan cara yang tidak sehat, seperti konsumsi makanan tidak sehat dan minuman beralkohol.
- Gangguan kesehatan
Overthinking ternyata tidak hanya menyerang mental, tapi juga fisik. Seperti sakit kepala, demam, nyeri dada, jantung berdebar, sesak napas, dan tekanan darah tinggi akan menyerang orang yang overthinking.
Pada beberapa kasus berat, overthinking berisiko pada seseorang, sehingga terserang stroke, jantung, diabetes dan depresi.
Karena itu disarankan agar seseoang memberi batasan waktu kapan harus berhenti memikirkan sesuatu, dan mengambil keputusan. Menulis menjadi salah satu solusi, supaya beban yang ada dipikiran bisa terasa lebih ringan.
Selain itu luangkan waktu yang menyenangkan, seperti menonton film, dengerin musik, olahraga atau membaca. Semua ini juga bisa menjadi pilihan. Jika masih mengalami kesulitan untuk menghilangkan kebiasaan overthinking, sebaiknya berkonsultasi dengan pakar.
“Bersama coaching, seseorang akan dibantu mencari solusi yang sesuai dengan kondisinya,” tutur Iis.
Sumber: Hr. Bisnis Indonesia
ARIEF RAHMAN MEDIA