Ilustrasi alam semesta
Musykillah Al-Quran dalam kajian metodologis penafsiran ayat-ayat yang kontradiktif tentang peperangan dan perkawinan
Ada beberapa surat Alquran tentang peperangan dan perkawinan yang ayat-ayatnya sulit dipahami maknanya, sehingga timbul penafsiran yang kontradiktif. Ayat seperti ini disebut ayat-ayat musykillah atau bermasalah.
Kajian yang dilakukan cendikiawan muslim Ibnu Qutaybah, menyebutkan untuk memahami dan menafsirkan ayat-ayat musykillah ini diperlukan metode kajian dan penelitian yang dalam.
Dalam kajian Ibnu Qutaybah pada ayat-ayat musykillah itu telah ditemukan sebanyak 13 ayat yang saling bertentangan antara satu ayat dengan ayat yang lain. Terutama ayat yang terkait dengan peperangan dan perkawinan campuran.
Ayat-ayat yang mengkisahkan tentang peperangan dan perkawinan campuran yang dianggap kontradiktif ini tersebar dalam 11 surat: yakni surat Al-Haj, Al-Baqarah, An-Nisa, Al-Anfal, At-Taubah, Yunus, Fushilat, Al-Ghasiyah, Al-Kahfi, Al-Maidah dan At-Tahrim. Semua berjumlah 28 ayat.
Erwati Aziz, Mahasiswi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, dalam penelitiannya untuk program doctoral thesis, menelusuri penafsiran ayat-ayat yang dianggap musykillah itu dalam 12 kitab tafsir yang menjadi rujukannya.
Kitab tafsir yang klasik seperti Al-Thabari, Ar-Razi, Al-Jashshash, Al-Qurtubi, dan Ibnu Katsir. Selain itu mengkaji dari kitab tafsir yang modern seperti Al-Manar, Fi Zhilal Al-Quran. Dari 12 kitab tafsir yang dijadikan rujukan itu, tak menemukan jawaban yang memadai.
Dalam kitab tafsir klasik umumnya menggunakan nasakh atau takhshish. Dari sisi solusi fiqhiyah memng tidak ada masalah dalam penerapan kedua teori ini. Tetapi secara teologis; timbul masalah baru, seolah Allah tidak mempunyai ilmu yang memadai untuk mengatur alam ini.
Sehingga timbul pemahaman bahwa ayat-ayat di dalam Al-Quran itu dianggap sudah kadaluwarsa atau mubazir karena tidak berlaku lagi.
Dari adanya pemahaman yang bermasalah itu, kemudian mahasiswi program doctoral ini menggunakan metode integraf. Atau dalam Bahasa Arabnya disebut ‘Manhaj Izdiwaji’.
Metode ini menggunakan satu prinsip; bahwa ayat-ayat Alquran merupakan satu kesatuan yang utuh Ini ditegaskan dalam Q.S. 38:23.
Dengan menerapkan metode ini, maka semua ayat Al-quran tidak ada yang kadaluwarsa sesuai porsinya. Dan secara teologis akan membuat keyakinan umat dalam memahami keluasan ilmu Allah di dunia ini. Sehingga apa yang disebutkan dalam Alquran tidak ada ayat-ayat yang kontradiktif. Semua itu jadi suatu kebenaran yang didukung fakta dan argument yang kuat.
Penerapan metode ini memahami ayat-ayat dalam Alquran dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.Menelusuri keberadaan ayat-ayat Alquran yang kontradiktif itu harus sesuai topik.
2.Menyalin semua ayat tersebut ke dalam tabel dan diurutkan sesuai kronologis periode turunnya: Mekah atau Madinah.
Dalam analisisnya: setiap halaman tabel dibatasi tengahnya dengan garis lurus dari atas ke bawah untuk memisahkan ayat yang ‘melarang’ dan ‘membolehkan.’
3.Melakukan identifikasi terhadap ayat-ayat tersebut dari sudut kosakata perintah dan larangannya.
4.Melakukan perbandingan antara ayat-ayat tersebut dan juga perbandingan antara pendapat para mufasir sekitar ayat tersebut.
5.Melakukan analisis kritis terhadap ayat-ayat itu dari berbagai aspeknya.
6.Membuat simpul-simpul natijah dari semua analisis melalui proses:
a.Menggabungkan dua metode tafsir yang muktabar, yaitu komparatif dan tematik.
Dengan menggunakan kedua metode ini, maka akan didapat hasil yang diharapkan karena sifat-sifat metode komparatif meluas dan horizontal. Sedangkan metode tematik menukik dan mengerucut pada titik simpul.
b.Melakukan analisis sematik dan konteks ayat.
c.Melakukan analisis hubungan antar ayat. Kesemua ayat itu dicari keterkaitannya satu sama yang lain. Untuk ayat-ayat yang kontradiktif itu diurutkan sesuai dengan kronologis turunnya dalam satu tabel tanpa dibatasi garis.
d.Penelusuran terhadap asbabun nuzul (latar belakang turunnya ayat). Ini sangat perlu untuk mengetahui mana ayat yang duluan turun dan mana yang turun belakangan, serta dalam konteks apa ayat itu diturunkan.
e.Pola analisis menggunakan hermeneutis; artinya analisis dilakukan secara mendalam, kritis, obyektif, rasional dan argumentatif.
Setelah dilakukan analisis metodologis tersebut, maka akan ditemukan sebenarnya tidak ada ayat-ayat Alquran yang kontradiktif (ta’arudh ittidhaj). Tetapi yang ada perbedaan ikhtilaf lafzhi (cara menyusun kata dalam kalimat).
Jadi untuk memahami ayat-ayat yang kontradiktif itu harus menggunakan solusi metode integraf.
Sumber: Tesis Erwati Aziz, Mahasiswi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
ARIEF RAHMAN MEDIA