Pria yang berusia jauh lebih tua (disebut sugar daddy) berpasangan hidup dengan wanita berusia lebih muda (disebut sugar baby) tanpa nikah.
JAKARTA, jurnal9.com – Fenomena sugar daddy dan sugar baby dalam kehidupan di kota-kota besar seperti Jakarta makin menjadi tren yang kian menarik di kalangan anak muda atau kaum milineal.
Ini bisa dilihat dari hasil survei yang dilakukan SeekingArrangement, Indonesia memiliki jumlah sugar daddy terbesar kedua di Asia. Tentu saja tren meningkatnya angka sugar daddy ini harus menjadi perhatian bagi masyarakat agamis yang jumlahnya sangat besar di Indonesia.
Sebutan sugar daddy itu adalah pria yang sudah berusia tua dan punya kehidupan mapan, namun hidup bersama wanita pasangannya (disebut sugar baby) yang berusia jauh lebih muda tanpa nikah.
“Dari hasil survei, Indonesia menduduki posisi terbesar kedua di Asia yang memiliki 60.250 sugar daddy. Disusul Malaysia berada di posisi ketiga dengan 42.500 sugar daddy,” kata Kepala Eksekutif SeekingArrangement, Brandon Wade, seperti dikutip dari situs Mashable, Kamis (11/2/2021).
Negara manakah yang memiliki sugar daddy terbanyak? Jawabannya adalah India dengan 338 ribu sugar daddy.
Lantas, apa yang menyebabkan sugar daddy trennya meningkat? Dalam survei itu disebutkan terjadi karena faktor ekononomi; adanya kesenjangan sosial antara orang yang kaya hidup mapan dengan orang miskin. Apalagi dalam situasi pandemi sekarang ini, sugar daddy makin banyak digandrungi wanita berusia jauh lebih muda yang hidup miskin – yang disebut sugar baby.
“Jadi, enggak heran mengapa sugar daddy di Asia, terutama di kawasan perkotaan makin meningkat,” jelasnya.
Berikut 10 negara dengan jumlah sugar daddy terbanyak menurut hasil survei SeekingArrangement:
- India – 338.000
- Indonesia – 60.250
- Malaysia – 42.500
- Jepang – 32.500
- Hong Kong – 28.600
- Taiwan – 27.300
- Vietnam – 12.000
- Korea Selatan – 7.000
- Sri Lanka – 5.000
- Kamboja – 3.500
Meningkatnya jumlah sugar daddy secara otomatis akan mengerek tumbuhnya sugar baby yang menjadi pasangannya. Sebab seperti disinggung tadi, dalam kondisi pandemi sekarang ini makin banyak pula wanita sugar baby yang mencari penghasilan dengan menjadi pasangan hidup tanpa nikah dengan sugar daddy.
Seperti diakui sugar baby bernama lola (nama samaran), ia menjadi ‘sugar baby’, selain untuk mencari penghidupan yang lebih mapan secara ekonomi, juga ia memilih menjadi sugar baby karena sudah menjadi bagian gaya hidupnya.
Lola mulai hidup sebagai ‘sugar baby’ ditekuni sejak Oktober 2019. Menurut Lola, kehidupan sugar baby adalah menjadi “teman kencan” untuk pria yang sudah berumur, namun punya kehidupan mapan.
Sekarang ini Lola sudah memiliki tiga ‘sugar daddy’ yang rata-rata berusia 60 tahun ke atas. Bisa jadi para sugar deddy ini ada yang sudah punya istri, tapi ada juga yang sudah melajang karena perceraian.
“Sugar daddy itu kebanyakan orang yang sibuk, lalu saat selesai bekerja, ia merasa kesepian, dan butuh teman wanita untuk menemani hidup sepanjang malam,” kata Lola.
“Punya teman wanita cantik sebagai sugar baby dalam kehidupannya sudah menjadi kebutuhan sugar daddy untuk berfantasi dan happy begitu? Karena mereka punya banyak uang untuk melakukannya,” ungkap Lola.
Lola sendiri mengaku jika kegiatan menjadi sugar baby yang cuma menemani kencan semalaman” bisa meraih penghasilan Rp40 juta lebih dalam satu bulan.
RAFIKI ANUGERAHA M I ARIEF RAHMAN MEDIA