MANADO, jurnal9.com – Upaya menghasilkan produk UMKM itu dibutuhkan konsolidasi dan agregasi dengan nilai tambah dalam skala ekonomi. Salah satunya inisiasi pemerintah adalah melalui pengolahan terpadu UMKM.
Hal ini disampaikan Asisten Deputi Konsultasi Bisnis dan Pendampingan Kementerian Koperasi dan UKM, Destry Anna Sari, saat membuka acara Pengembangan Model Kewirausahaan di Manado, Sulawesi Utara, pekan ini.
Terlebih lagi, lanjut Destry, mayoritas usaha mikro, pelaku usaha yang muncul karena kebutuhan (necessity entrepreneur) yang tidak memiliki jiwa kewirausahaan. “Sehingga, produktifitas rendah, kurang inovasi, usaha yang tidak berkelanjutan, hingga kurang kompetitif di pasar global,” ungkap Destry.
Selain itu, lanjut dia, UMKM menghadapi kendala konsistensi pada berbagai aspek usaha. Di antaranya, bahan baku, pembiayaan, pemasaran, teknologi dan SDM. “Hal ini menyebabkan baru 7% UMKM berjejaring dalam rantai nilai global,” ungkap Destry.
Kementerian PPN/Bappenas menginisiasi program Major Project Pengelolaan UMKM Terpadu 5 komoditas di 5 lokasi yang telah ditentukan.
Program ini merupakan turunan dari UU Nomor 11 Tahun 2020 Cipta Kerja, tentang Pengelolaan Terpadu Usaha Mikro dan Usaha Kecil dan PP Nomor 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan, Perlindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan UMKM.
Pada 2022 ada 5 komoditas dan lokasi yang akan disasar, Provinsi Aceh untuk komoditas nilam, Kalimantan Timur dengan komoditas Biofarmaka, Jawa Tengah dengan komoditas kayu dan rotan, Nusa Tenggara Timur dengan komoditas sapi, dan Sulawesi Utara dengan komoditas kelapa.
“Skema pengolahan terpadu UMKM dilakukan dengan pendekatan klaster yang terkonsentrasi pada sebuah area dengan menggunakan konsep ruang produksi bersama untuk tercipta efisiensi,” jelas Destry.
Menurut Destry, kegiatan Pengembangan Model Kewirausahaan di Manado sebagai salah satu dukungan untuk persiapan Major Project Pengolahan UMKM Terpadu. “Sejumlah peserta pelaku usaha yang bergerak dalam pengolahan kelapa dan turunannya diberikan materi untuk perubahan mindset dalam pengembangan produk dan pemasaran,” lanjutnya.
Lewi Tjuaja, pemilik PT Profil Mitra Abadi, eksportir produk organik sekaligus agregator petani yang menghasilkan produk komoditas pertanian unggulan. Dia membagikan pengalamannya . “Petani harus berkolaborasi bekerja bersama untuk bisa bersaing dan tercipta skala ekonomi yang besar,” kata Lewi.
Sementara Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Minahasa Selatan, Meidy J Maindora mengatakan bahwa pemerintah daerah Kabupaten Minahasa Selatan siap mendukung program ini dengan penyediaan infrastruktur akses jalan, serta penyesuaian program/ kegiatan pada RPJMD, dan rencana tata ruang dan rencana wilayah dalam pembangunan factory sharing.
“Kolaborasi, sinergi, dan komitmen bersama sangat dibutuhkan untuk keberhasilan pelaksanaan Major Project ini,” kata Meidy.
ARIEF RAHMAN MEDIA