Ilustrasi Usaha Mikro
JAKARTA, jurnal9.com – Terintegrasinya ekosistem usaha mikro di segmen ultra mikro melalui holding BUMN Ultra Mikro (UMi) akan memperluas akses permodalan UMKM dalam memberikan pembiayaan murah, mudah, efisien, dan mengangkat peran koperasi di Indonesia.
“Akses permodalan selalu menjadi persoalan klasik dari masa ke masa bagi pelaku UMKM,” kata Direktur Eksekutif Startup Lab Development Center (SLDC), Bobby Afifuddin.
Langkah strategis pemerintah melalui holding BUMN UMi, tegas Bobby, akan mampu menjawab banyak persoalan yang dihadapi pelaku usaha mikro di masa mendatang. Sehingga pertumbuhan ekonomi dan daya saing usaha UMKM akan terpacu.
“Saya pikir [holding BUMN Umi] menjadi ‘oase’ bagi pelaku usaha kecil dalam hal akses permodalan,” ujarnya.
Bobby menuturkan saat ini lembaga pemberi kredit pembiayaan yang menerapkan skema bunga cukup tinggi makin menjamur. Tentu ini akan membebani keuangan pelaku usaha UMi maupun UMKM.
Menurut dia, kehadiran holding BUMN UMi diharapkan menciptakan pula ekosistem layanan jasa produk keuangan yang kompetitif dan formal sesuai regulasi pemerintah. Jika hal itu terjadi akan mendorong pertumbuhan pelaku usaha UMi dan UMKM.
Holding BUMN UMi yang melibatkan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Pegadaian (Persero), serta PT Permodalan Nasional Madani (Persero), ke depan dapat mengakomodir ruang-ruang yang selama ini tak mampu ditutupi lembaga pembiayaan keuangan mikro lainnya.
“Termasuk koperasi di dalamnya. Saya rasa holding bisa meningkatkan efisiensi perluasan akses pembiayaan mikro,” ujarnya.
Dia mencontohkan keberhasilan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dalam membantu perekonomian masyarakat bawah. Menurutnya, dengan holding nantinya program penyaluran dana bantuan dan keuangan semacam KUR akan semakin terintegrasi dan mempermudah masyarakat.
Angkat peran koperasi
Sementara itu Ketua Koperasi Unit Desa (KUD) Soliamitra, Suhada, optimistis holding BUMN UMi akan mendongkrak perkembangan usaha di segmen mikro agar pulih dari dampak pandemi. Selain itu mampu mengangkat peran koperasi.
Dia mengatakan pelaku usaha mikro saat ini masih sangat terpukul karena terdampak pandemi. Meski tren ekonomi awal tahun 2021 ini mulai bergeliat, tetapi pengaruh pandemi masih menekan kinerja anggota KUD yang merupakan pelaku usaha mikro.
Holding BUMN Umi, menurut dia, merupakan terobosan dari pemerintah untuk mengintegrasikan kinerja perusahaan pelat merah dalam membantu pelaku usaha mikro dan ultra mikro.
“Kami tentu ikut mendukung upaya pembentukan holding. Apalagi kami melihat tujuannya baik untuk integrasi usaha mikro,” ujarnya.
Suhada menegaskan BRI yang akan menjadi induk holding, melalui produk jasa layanan keuangannya selama ini sudah sangat membantu dalam pengembangan usaha KUD di Indonesia. Bahkan bank plat merah ini memiliki kebijakan cuti bayar selama satu tahun untuk meringankan beban yang dialami KUD karena dampak pandemi.
“Kami pun berharap dengan holding BUMN Ultra Mikro ini, seperti BRI dapat membantu koperasi-koperasi lebih baik lagi untuk dapat melewati pandemi sampai selesai,” ujarnya.
Apalagi jika dilakukan holding, Suhada berharap layanan jasa keuangan perusahaan pelat merah akan semakin luas. Bahkan ia meyakini ongkos jasa layanan keuangan akan terpangkas dengan adanya holding, sehingga menguntungkan pelaku usaha kecil dan koperasi.
Data di KemenkopUKM, jumlah unit usaha mikro mencapai 65,46 juta pada 2019. Dengan potensi penyerapan tenaga kerja hingga 109,8 juta jiwa. Adapun jumlah koperasi hingga Desember 2020 tercatat 127.124 yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia. Dan jumlah anggota mencapai 25,09 juta.
ARIEF RAHMAN MEDIA
