Jurnal9.com
Headline News

Epidemiolog: Jika Masyarakat Abai, Jangan Kaget Kalau Indonesia Bisa Seperti India

Ilustrasi varian virus yang kini bermutasi menjadi delta plus 

JAKARTA, jurnal9.com – Gelombang kasus varian virus delta dari India yang kini bermutasi menjadi delta plus dengan penyebaran yang lebih cepat dan masif ke berbagai daerah di Indonesia.

Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman memperkirakan varian delta ini akan mulai mendominasi pada akhir Juni atau awal Juli yang menjadi puncak gelombang penyebaran virus yang lebih cepat dan masif.

Melihat kondisi yang darurat itu, dia meminta masyarakat harus lebih waspada dengan varian delta yang memenuhi syarat sebagai super strain yang bisa memakan banyak korban jiwa.

“Kita tidak boleh abai. Dan pemerintah harus segera bertindak cepat, sebab jika abai jangan kaget kalau Indonesia bisa menjadi the little India,” jelasnya yang dikutip dari Bisnis.

Menurutnya, ada tiga hal yang harus segera diterapkan secara serius untuk dapat mengendalikan kondisi darurat ini; yakni memperketat protokol kesehatan 5M dan pelaksanaan 3T yang masif, mempercepat pemberian vaksinasi, imunitas secara menyeluruh, serta melakukan lockdown semua wilayah.

“Saat ini belum ada negara yang bisa benar-benar kuat melakukan tiga hal tersebut. Seperti harus melakukan lockdown semua wilayah. Tapi sekarang pemerintah  menerapkan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Skala Mikro),” ungkapnya.

Sama seperti di Amerika Serikat, kata dia, meski sudah dominan untuk pemberian vaksinasi yang mencapai 60%, tapi negara tersebut tidak memberlakukan lockdown semua wilayah.

Namun Australia, lanjut Dicky, saat muncul varian Delta, negara Kanguru ini langsung merespons melalui 3T secara masif, sehingga berhasil memutus rantai penyebaran virus asal India tersebut.

“Indonesia seharusnya dapat segera merespons varian baru ini dengan cepat tanggap, tidak boleh mengabaikan 3T terutama tracing dan testing secara masif. Terbukti Australia dapat mengendalikan penyebaran varian mutasi baru ini,” ungkapnya.

Baca lagi  UNWTO: Indonesia Negara Pertama Penanda Tangan Kode Etik Pariwisata Dunia

Bahkan jika perlu, menurut Dicky, dilakukan kunjungan ke rumah-rumah untuk melakukan proses vaksinasi, sekaligus testing. Sebab belakangan ini banyak kasus di cluster keluarga yang tidak terdeteksi.

Dicky memperkirakan jumlah korban kasus varian mutasi baru ini di lapangan bisa 8 kali lipat lebih besar dari yang terjadi dan tercatat saat ini.

“Saat ini sebetulnya penambahan kasus per hari sudah lebih dari 50 ribu dan pada akhir Juni diprediksi mencapai 100 ribu kasus per hari. Namun, karena sebagian besar masyarakat yang terinfeksi bergejala ringan atau tanpa gejala dan ada di rumah, sehingga tidak terdeteksi,” ungkapnya.

RAFIKA ANUGERAHA M  I  ARIEF RAHMAN MEDIA

Related posts

Sri Mulyani Yakin Ekonomi 2021 Mampu Tumbuh Hingga Kisaran 5 persen

adminJ9

Masalah Likuiditas Koperasi Jadi Pemicu Rush Money

adminJ9

Bila BAZNAS Mendukung Kurikulum Merdeka

adminJ9