Anies Baswedan
Berbeda dengan ramalan Jongko Jayabaya dari Raja Kediri, Prabu Jayabaya (1135-1157 M) yang memberikan petunjuk pemimpin dengan akhiran akronim No dalam ‘Notonegoro’ yang akan memimpin Indonesia pada 2024.
JAKARTA, jurnal9.com – Ramalan Jongko Jayabaya dari Raja Kediri, Prabu Jayabaya (1135-1157 M) memberikan petunjuk pemimpin yang punya nama dengan akhiran akronim No dalam “Notonegoro” yang akan memimpin Indonesia pada 2024.
“Nama yang di akhiran akronim No [dalam Notonegoro] bisa jadi presiden. Seperti akhiran No merujuk pada Soekarno, To pada Soeharto, kemudian No yang kedua melekat pada Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Sementara BJ Habibie, Abdurrahman Wahid (Gus Dur), dan Megawati Sukarnoputri tidak masuk dalam hitungan karena mereka tidak sampai lima tahun memimpin,” demikian disebutkan dalam Jongko Jayabaya tersebut.
Arief Poyuono, mantan Wakil Ketua Gerindra meyakini ramalan Jayabaya yang ditulis oleh Prabu Jayabaya itu terdapat perhitungan atau ramalan mengenai pemimpin di Indonesia terkandung dalam kata ‘Notonegoro’.
“’Noto’ artinya menata. ‘Negoro’ artinya negara. Ramalan Jangka Jayabaya ini hidup dalam kosmologi politik Jawa seiring dengan kepercayaan Mesianistik atau Ratu Adil yang disebut masyarakat Jawa sebagai Satria Piningit,” jelasnya.
“Jokowi saat lahir nama aslinya Mulyono. Namun ibunya lalu mengganti nama jadi Joko Widodo. Jadi Jokowi masuknya di No, Mulyono,” kata Arief.
Berdasarkan urutan ‘Notonegoro’ dalam Jongko Jayabaya, menurut dia, setidaknya Capres pada 2024 ada tiga nama: Ganjar Pranowo, Airlangga Hartarto, dan Gatot Nurmantyo.
Namun dari tiga nama tersebut, ada dua yang masuk radar calon presiden potensial kalau menurut survei.
“Hanya dua tokoh yang masuk Jongko Joyoboyo, Notonogoro sebagai penerus Jokowi. Yaitu Ganjar Pranowo dan Airlangga Hartarto,” tegas Arief.
Tetapi nama Prabowo Subianto yang memiliki akhiran akronim To dalam ‘Notonegoro’ justru tidak masuk pada ramalan Jongko Jayabaya dari Raja Kediri, Prabu Jayabaya (1135-1157 M) tersebut. “Ditunggu saja dari hasil Pilpres 2024 nanti,” cetusnya.
Berbeda dengan BigData Jayabaya
Accurate Survey Research (ASR) merilis hasil grab BigData Jayabaya yang berdasarkan ketersukaan netizen terhadap Capres 2024.
Data ini bukan dari hasil survei. Tetapi data riil hasil dari sistem supervised learning, data mining, serta predictive analysis and analytical.
Data yang disajikan diolah menggunakan teknologi Natural Language Processing (NLP) dan sejumlah algoritma tertentu, sehingga sistem dapat mengetahui warna dan emosi komentar netizen.
Alat kerjanya menggunakan sistem teknologi informasi bigdata dan produk yang dimiliki ASR bernama BigData Jayabaya.
Cara kerjanya, sistem ini melakukan grab data dari semua media sosial termasuk Facebook, Twitter, Instagram, Youtube, serta komentar di media daring realtime 24 jam sehari dan 7 hari seminggu, mulai 1 Januari 2020 sampai dengan 17 Juni 2022.
Menurut ASR yang dikutip Minggu 19 Juni 2022, dari data yang terkumpul sebanyak 310.500 berbasis Geographic Information System (GIS) menempatkan Anies Baswedan di posisi paling atas berdasarkan ketersukaan netizen terhadap Capres 2024 dengan meraih 18,86 persen.
Posisi selanjutnya ada nama Prabowo Subianto meraih 18,07 persen, Ganjar Pranowo 16,84 persen, Erick Tohir 12,52 persen, Puan Maharani 11,78 persen, Agus Harimurti Yudhoyono 6,02 persen, Andika Perkasa 4,67 persen, Muhaimin Iskandar 4,24 persen, Mardigu Wowiek 2,68 persen, Airlangga Hartarto 2,60 persen, Dedi Mulyadi 1,33 persen, dan Isran Noor 0,37 persen.
Geographic Information System (GIS) merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk mengelola (input, manajemen, dan output) data spasial atau data yang bereferensi geografis.
Setiap data yang merujuk lokasi di permukaan bumi dapat disebut sebagai data spasial (sesuatu yang berkaitan dengan ruang dan tempat) bereferensi geografis. Misalnya data kepadatan penduduk suatu daerah, data jaringan atau saluran, data kebumian dan sebagainya.
Data GIS dapat dibagi dua yaitu data grafis dan data atribut atau tabular.
Data grafis adalah data yang menggambarkan bentuk atau kenampakan objek di permukaan bumi.
Sedangkan data atribut atau tabular adalah data deskriptif yang menyatakan nilai dari data grafis tersebut.
ARIEF RAHMAN MEDIA