Tim tenaga medis sedang merawat pasien yang terinfeksi virus corona di Rumah Sakit Airlangga Surabaya
JENEWA, jurnal9.com – Organisasi Kesehatan dunia (WHO) mengingatkan saat orang-orang sudah mulai lelah dengan lockdown atau pembatasan sosial, kemudian menjalani kehidupan yang lebih longgar. Kondisi ini harus diwaspadai karena pandemi virus corona akan memasuki ‘fase baru’ dan berbahaya.
Seperti dilaporkan AFP, negara–negara yang sudah membuka penguncian wilayahnya, ditemukan virus yang mematikan ini makin cepat menular. “Dilihat dari kasus baru yang dilaporkan ke WHO, jumlahnya lebih dari 150 ribu dalam sehari. Ini mencapai puncaknya,” kata Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO itu.
Pejabat organisasi kesehatan dunia itu menyebutkan sebagian besar kasus baru yang dilaporkan ke WHO tersebut berasal dari Amerika, Timur Tengah dan Asia Selatan. Jumlah tersebut tercatat paling banyak. “Ini menunjukkan pandemi virus corona semakin cepat menular,” tegasnya.
Tedros mengatakan dalam ‘fase baru’ ini, virus corona menyebar dengan cepat saat orang-orang merasa bosan setelah lama tinggal di rumah. “Ketika mereka semangat membuka diri dengan masyarakat untuk bekerja, mereka semestinya tetap patuh menjalankan pekerjaannya sesuai protokol kesehatan,” ujarnya.
Menurut data John Hopkins University, total kasus virus corona di dunia kini lebih dari 8,6 juta kasus, dan jumlah kematian mencapai 459 ribu orang.
Peningkatan jumlah kasus itu, pertama; bisa disebabkan banyaknya orang yang tidak patuh lagi dalam menjalankan protokol kesehatan. Kedua; dilakukan rapid test yang menyebabkan terjadi peningkatan jumlah kasus secara tidak terduga. Ini bisa dilihat dari jumlah pasien rawat inap dan jumlah kematian. “Ini ‘fase baru’ yang memunculkan potensi kasus baru virus corona,” kata Ryan.
“Begitu lockdown dilonggarkan, banyak orang yang lalai dan tak mematuhi lagi protokol kesehatan. Anda tidak tahu di mana virus itu terjangkit, kemungkinan besar saat virus menular akan mengejutkan anda,” ungkap pejabat John Hopkins University mengingatkan semua orang jika virus corona menular sangat cepat, ini fakta yang terjadi di beberapa negara.
Indonesia
Begitu pun di sejumlah wilayah di Indonesia, setelah dicabut aturan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) ada sejumlah daerah yang terjadi lonjakan jumlah kasus baru virus corona. Berdasarkan data yang dirilis pada Sabtu (20/6) pukul 12.00 WIB, ada 1.226 kasus baru dalam sehari.
Penyebaran tertinggi ada di daerah Jawa Timur sebanyak 395 kasus baru. Berikutnya DKI Jakarta 180 kasus baru, Sulawesi Selatan 112 kasus baru, Jawa Tengah 98 kasus baru, dan Kalimantan Selatan 83 kasus baru.
Dengan penambahan itu total ada 45.029 kasus sejak diketahuinya virus corona ini menjangkit di wilayah Indonesia pada 2 Maret 2020.
Penularan paling tinggi yang terjadi di wilayah Jawa Timur mendapat sorotan Ikatan Dokter Indonesia (IDI). “Ketidakpatuhan masyarakat menjalankan protokol kesehatan yang menyebabkan semakin banyaknya kasus baru di wilayah Jawa Timur, khususnya di kota Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik,” ungkap Sutrisno, Ketua IDI Jawa Timur.
“Sekarang ini masyarakat kota Surabaya, Sidoarjo dan Gresik sudah lepas dari kendali, dan di luar kontrol. PSBB pun nggak mampu lagi kendalikan masyarakat, karena banyak yang sudah tidak patuhi protokol kesehatan,” tegasnya.
Dia mengatakan masyarakat sendiri yang mestinya berperan aktif dalam menjalankan protokol kesehatan. “Saya melihat banyak orang berkeliaran di jalanan yang tidak pakai masker,” ujarnya
“Apa mereka menganggap sudah tidak ada lagi virus corona?.”
Covid-19 dikira direkayasa
Sejumlah dokter yang tertular saat menjalankan tugasnya merawat pasien corona, mengaku banyak orang yang dirawatnya tidak percaya dan mengira virus corona ini direkayasa. “Contoh banyak kasus baru di Madura, tetapi banyak orang yang tidak percaya dengan virus corona yang mematikan ini,” kata Sutrisno
Kematian keluarga dokter di Sampang Madura, berawal dari kematian ibu dan ayah kandung DDY (dokter Puskesmas) yang tertular virus corona. Kemudian DDY sendiri yang sehari-hari bertugas di Puskesmas terinfeksi juga. Setelah DDY dirawat di RS Universitas Airlangga Surabaya, pada senin (15/6) pukul 03.00 WIB akhirnya meninggal dunia.
EL, istri almarhum DDY bersama anak semata wayangnya yang berusia 1 tahun, kini tengah menjalani isolasi di RSUD Sampang, Madura, setelah terkonfirmasi positif virus corona.
“Kami betul-betul berduka, karena keluarga besar DDY adalah tenaga medis di Kabupaten Sampang. Mereka meninggal saat sama-sama berjuang untuk melawan covid-19, namun akhirnya mereka gugur karena terserang virus corona,” ungkap Juwadi, juru bicara Gugus Tugas Penanggulangan Covid-19 Kab. Sampang.
Kematian keluarga besar DDY sebagai tenaga medis yang gugur dalam menjalankan tugas merawat pasien corona menyisakan cerita sedih bagi teman-temannya. Karena banyaknya masyarakat di Madura yang mengira virus corona ini direkayasa.
Cerita pengabdian DDY yang menyisakan cerita sedih itu rupanya menjadi pesan terakhir yang ditulisnya, dan dititipkan kepada keluarganya sebelum meninggal. Berikut ini isi pesan suratnya:
“Ini adalah realitas yang kita hadapi. Kita tidak meminta dipuja. Kita tidak meminta disanjung. Kalau memang anda harus keluar rumah karena pekerjaan dan perputaran ekonomi, Insya Allah kita akan memahami, tapi jangan curigai kami mengada-ngada dengan penyakit ini. Karena kita tidak akan tau penyakit ini mengenai siapa dan di mana.”
Menurut Juwadi, pesan itu mengingatkan masyarakat yang mengira dokter merekayasa penyakit virus corona. Dokter bekerja untuk mengabdi sebagai profesinya untuk merawat pasien. Dan dokter tidak membutuhkan pujian dan sanjungan dalam menjalankan pekerjaannya.
RAFIKI ANUGERAHA M I ARIEF RAHMAN MEDIA