SORONG, jurnal9.com – Menteri Agama Fachrul Razi menilai Papua Barat layak disematkan sebagai miniatur Indonesia atas keragaman dan kerukunan yang senantiasa terpelihara.
“Harapan kami empat tahun ke depan lebih dari 1.000 anak-anak Papua mengenyam pendidikan S1,” kata Fachrul Razi dalam keterangan pers yang disampaikan Humas Kemenag, Jumat (4/9).
Menag juga menyerahkan bantuan sebesar Rp65 miliar sebagai bukti keberpihakan dan peduli bagi pembangunan sarana pendidikan di Papua dan Papua Barat.
“Bila ingin belajar kerukunan umat beragama, datanglah ke Papua Barat,” kata Menag saat tatap muka dengan tokoh adat dan tokoh lintas agama Papua Barat di Kota Sorong.
“Saya senang berada di tempat yang menjadi teladan kerukunan umat beragama di Indonesia. Saya bangga berada di Papua Barat.”
Dalam lawatan ke Sorong dan bertemu tokoh adat dan lintas agama, Menag didampingi Penasehat DWP Kemenag Anni Fachrul Razi, Staf Khusus Jul Effendi, anggota Komisi VIII DPR RI, tokoh masyarakat Aceh Muzakir Manaf serta para pejabat Kemenag pusat lainnya.
“Presiden menaruh perhatian besar terhadap Papua dan Papua Barat. Kami di Kemenag harus mengimbangi perhatian besar Presiden dengan meluncurkan program’ Kita Cita Papua’. Program ini sudah digulirkan awal September tahun ini,” kata Menag menjelaskan.
Untuk mendorong percepatan pembangunan di bidang pendidikan keagamaan dan rumah ibadah, Kemenag mengucurkan bantuan tahap pertama senilai Rp65 miliar untuk Papua dan Papua Barat.
“Tahun ini kami kirim 257 mahasiswa Kristen berasal dari anak-anak Papua asli untuk kuliah di enam perguruan tinggi agama Kristen di Indonesia. Setiap tahun akan kami kirim anak-anak Papua untuk kuliah di sana,” ujar Menag.
Menag menyerahkan bantuan di bidang keagamaan kepada perwakilan organisasi dan lembaga keagamaan di Papua Barat. Bantuan lainnya, untuk pembangunan madrasah di Provinsi Papua Barat.
Untuk mengokohkan Jembatan Kesetiakawanan Aceh – Papua, hadir juga dalam pertemuan dengan para tokoh adat dan tokoh agama seluruh Papua Barat, mantan Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Muzakir Manaf. “Saat saya menjabat Panglima TNI, dia Panglima GAM. Kami sama-sama panglima. Dulu beliau musuh bebuyutan saya, susah ditangkap,” kata Menag.
“Terima kasih Pak Muzakir dan kawan-kawan dari Aceh yang bersedia datang ke Papua dan Papua Barat. Keinginan mereka sama, memajukan dan membangun jembatan kesetiakawanan Aceh-Papua,” ujanya.
Jika ada yang mengganggu martabat dan marwah orang Papua, maka orang Aceh yang pertama berteriak, begitu juga sebaliknya.
MULIA GINTING