Jurnal9.com
Business

KemenkopUKM Terus Perkuat Ketahanan Finansial dan Transformasi Perkoperasian

JAKARTA, jurnal9.com –  Asdep Penelitian dan Pengkajian Koperasi dan UMKM KemenkopUKM,  Mangatas Pasaribu, mengatakan tantangan baru yang dihadapi dunia perkoperasian nasional tidak hanya sekadar mengubah cara berbisnis memanfaatkan teknologi digital dan inovasi produk. Tetapi ini menjadi momentum untuk menghadirkan visi baru di tengah perubahan sosial ekonomi yang sangat dinamis.

“Menteri Koperasi dan UKM terus mendorong koperasi harus bisa berinovasi dalam digitalisasi. Termasuk meningkatkan kreatifitas koperasi dalam pengembangan usahanya,” kata Mangatas pada acara FGD Pengembangan Peran Koperasi dalam Pemulihan Ekonomi Nasional, ‘Membangun Ketahanan Sistem Finansial Koperasi, Pasca Pandemi Covid-19 Terhadap Koperasi’, di Jakarta, Rabu (28/10).

Dia menekankan koperasi dapat memanfaatkan momentum ini untuk membangun transformasi perkoperasian Indonesia, khususnya di bidang finansial.

Pihaknya juga telah melaksanakan beberapa penelitian dan pengkajian, di antaranya model factory sharing, dampak covid-19 terhadap KUMKM, hingga Indeks Pembangunan Koperasi (IPK) Indonesia.

“Saya berharap FGD ini bisa menjadi bahan masukan dalam merumuskan kebijakan transformasi koperasi di bidang finansial,” tegas Mangatas.

Dalam kesempatan yang sama, Peneliti Ahli Utama KemenkopUKM Johny W Situmorang mengungkapkan bahwa kelemahan struktural koperasi justru terlihat saat pandemi covid-19, terutama sistem finansialnya.

“Karena itu, ke depan, koperasi memerlukan sistem ketahanan finansial,” cetus Johny.

Menurut Jonny, beberapa dampak dari pandemi terhadap koperasi adalah guncangan bisnis koperasi (supply chain), terganggu finansial, terganggu implementasi fungsi sosial, dan pemutusan hubungan kerja karyawan.

“Berdasarkan kajian ilmiah, koperasi akan pulih pada Kuartal II 2022. Namun, kita bisa percepat dengan akselerasi tinggi, sehingga bisa pulih pada 2021,” ucap Johny.

Johny berharap pelaku koperasi melakukan transformasi koperasi, hingga penguatan sistem finansial perkoperasian.

 

Baca lagi  KemenkopUKM Dorong Usaha Mikro Go Digital dan Masuk Laman Bela Pengadaan LKPP

Dan hal lain yang musti diperbaiki, menurut Johny, banyaknya aset koperasi tidak produktif. Koperasi juga banyak bergantung dari modal luar. “Padahal, prinsip koperasi itu harus kuat karena modal dari dalam,” lanjutnya.

Johny berharap, koperasi primer harus terintegrasi secara vertikal dengan koperasi sekunder untuk memperkuat sistem finansial koperasi. “Kemitraan antar koperasi harus terus ditingkatkan,” tegas Johny.

Sementara itu Stefanus Saragih dari Induk Koperasi Kredit (Inkopdit) menyebutkan bahwa kekhawatiran akan adanya dampak pandemi bagi koperasi sudah ada sejak awal covid-19.

“Apalagi, kita Kopdit berbeda dengan KSP. Kita menerima dana simpanan dan tabungan hanya dari anggota. Begitu juga penyaluran kredit hanya untuk anggota,” kata Stefanus.

Selain itu, lanjut Stefanus, Kopdit juga memiliki risiko likuiditas, dimana simpanan dan tabungan bisa ditarik anggota. Begitu juga dengan risiko kredit adalah gagal bayar.

Karena itu banyak Kopdit melakukan langkah memperkuat layanan untuk anggota. “Kopdit juga melakukan pengembangan usaha para anggota hingga terhubung dengan pasar. Salah satunya, membangun marketplace sendiri untuk penjualan produk yang dihasilkan anggota,” pungkas Stefanus.

ARIEF RAHMAN MEDIA

Related posts

Meski Pandemi, GDST Tingkatkan Ekspor, Hingga Maret 2021 Penjualan Capai Rp 432 Miliar

adminJ9

MenKopUKM Terus Bangun Model Bisnis untuk Pengembangan Perhutanan Sosial

adminJ9

Hari Koperasi ke-74, Momentum Menjaga Ketahanan Ekonomi Nasional

adminJ9

Leave a Comment