Selain konsumsi domestik, kuncinya hanya satu yang penting lagi, jangan sampai investasi tumbuhnya minus di atas 5 persen agar terhindar dari resesi.
JAKARTA, jurnal9.com – Presiden Joko Widodo secara khusus meminta Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia untuk menjaga pertumbuhan investasi pada kuartal ketiga tahun ini. Hal ini merupakan satu kunci untuk menjaga perekonomian Indonesia agar tidak terperosok ke jurang resesi.
Presiden berharap aliran investasi ini dapat menjadi pendorong pemulihan ekonomi pada kuartal III 2020 agar pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) menjadi positif, setelah pada kuartal II 2020 lalu minus 5,32 persen.
“Kuncinya selain konsumsi domestik, hanya satu yang penting lagi, jangan sampai investasi tumbuhnya minus di atas 5 persen,” kata Presiden saat membuka rapat terbatas laporan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional di Istana Negara, Jakarta, Senin (24/8).
“Saya sudah ngomong banyak dengan Kepala BKPM, dan Bahlil sudah menyanggupi Rp 213 triliun. Ini betul-betul terealisasi agar mendongkrak pertumbuhan ekonomi kita,” tegas Presiden.
Mendengar permintaan Presiden Jokowi itu, Kepala BKPM Bahlil telah menyanggupi untuk merealisasikan investasi sebesar Rp213 triliun. Dengan demikian, harapan Jokowi angka tersebut dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
Presiden menegaskan, investasi harus terus digencarkan, karena pemulihan daya beli masyarakat juga terkendala dengan situasi pandemi corona saat ini.
Begitu pun saat ini sulit untuk dapat mendorong dari sisi ekspor, karena pasarnya terbatas. Seperti diketahui, negara-negara di dunia juga tengah dalam tekanan krisis ekonomi akibat pandemi corona.
Konsumsi domestik per Juli 2020 terlihat stagnan, mengingat menurunnya penerimaan pajak pada periode tersebut.
“Karena terkendala restoran hanya buka 50 persen, daerah wisata, okupansi hotel belum bisa tinggi, enggak apa-apa, tapi harus ada jurus yang lain yang bisa kita lakukan dengan meningkatkan investasi agar di kuartal ketiga bisa mengungkit,” kata Presiden.
Ekonom senior Rizal Ramli mengkritik cara komunikasi pemerintah dalam menjelaskan kondisi ekonomi selama masa pandemi corona. Karena secara teknis, Rizal Ramli meganggap negara ini telah memasuki resesi.
“Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I yang sebesar 2,97% sudah mengalami kontraksi 2,41% dibandingkan dengan kuartal IV 2019. Kemudian pada kuartal II, pertumbuhan ekonomi lagi-lagi terkontraksi minus 5,32% atau minus 4,19 persen ketimbang kuartal I 2020,” jelas Rizal Ramli.
Sedangkan pemerintah menyebut Indonesia belum mengalami resesi. Seperti disampaikan Staf Khusus Presiden Joko Widodo bidang ekonomi Arif Budimanta mengatakan Indonesia belum mengalami resesi ekonomi. Namun , hal ini akan sangat tergantung dengan kondisi triwulan ketiga.
Dia menjelaskan bahwa berdasarkan konsensus global resesi ekonomi terjadi bila sebuah negara mengalami pertumbuhan negatif selama dua kuartal secara berurutan.
Pertumbuhan harus dihitung dengan perbandingan tahun lalu (yoy) bukan secara kuartalan (qtq).
“Indonesia masih bisa menghindari resesi jika pertumbuhan ekonomi kita pada kuartal III ini secara tahunan dapat mencapai nilai positif,” ujarnya.
Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik Badan (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal II/2020 terkontraksi sebesar 5,32 persen (yoy). Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa satu sektor yang terkontraksi cukup dalam adalah pariwisata dan penerbangan.
Arif melanjutkan, pada kuartal pertama tahun ini Indonesia masih tumbuh positif, yakni 2,97 persen yoy.
“Dan di kuartal III kita punya peluang kembali ke level positif setelah bergeraknya lagi aktivitas perekonomian dengan protokol adaptasi kebiasaan baru,” ungkapnya.
Adapun, kata Arif, Indonesia harus bangkit dengan mengoptimalkan potensi ekonomi di dalam negeri. Konsumsi masyarakat, belanja pemerintah, dan mendorong pertumbuhan investasi domestik.
ARIEF RAHMAN MEDIA