Sekretaris Kementerian Koperasi & UKM Prof Rully Indrawan saat mengunjungi Gerai Bunda Sugih di Cikarang, Bekasi.
CIKARANG, jurnal9.com – Upaya ‘Gerai Bunda Sugih’ menghimpun produk lokal sebagai oleh-oleh khas Kabupaten Bekasi, adalah langkah yang perlu mendapat dukungan dari semua pihak. Mengingat, upaya tersebut sebagai langkah positif meningkatkan kesejahteraan kaum wanita, khususnya kaum ibu-ibu di wilayah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
“Hal ini, merupakan target PT Permodalan Nasional Madani (PNM) ketika memberikan bantuan permodalan usaha,” ujar Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM, Prof Rully Indrawan, saat ditemui wartawan, di sela-sela kunjungannya di ‘Gerai Bunda Sugih’, Cikarang, Kabupaten Bekasi, beberapa hari lalu.
Karenanya, dalam kesempatan itu Rully menggandeng PNM untuk membantu kaum ibu-ibu yang menjadi pelaku usaha produk lokal yang dikumpulkan sebagai oleh-oleh khas Kabupaten Bekasi.
“Saya kira ini memiliki prospek yang sangat bagus. Apalagi ‘Gerai Bunda Sugih’ (GBS) berada di tempat yang sangat strategis. Termasuk komitmen pengelolanya yang sangat tinggi. Semoga apa yang dirintis Ibu Sugih ini menghasilkan buah baik untuk ke depan. Terutama bagi kelompok ibu-ibu produktif di Kabupaten Bekasi ini,” ujar Rully.
Menurut dia, PNM hadir, sebagai solusi peningkatan kesejahteraan melalui akses permodalan, pendampingan dan program peningkatan kapasitas pelaku usaha, khususnya membantu permodalan kaum ibu-ibu yang bergerak di lingkup usaha mikro.
Tak hanya itu, kata Rully, ada juga lembaga layanan umum (BLU) di Kementerian Koperasi dan UKM, seperti Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) yang saat ini dikhususkan untuk membantu koperasi.
“Bahkan kita juga membantu pelatihan atau diklat-diklat, seperti menyangkut kemasan dan permasalahan lainnya agar menjadi lebih baik ke depan. Termasuk terkait bantuan pengurusan hak merek,” ujarnya.
Terkait bantuan pembiayaan yang akan dilakukan PNM terhadap GBS, Hadi Purwanto selaku pemimpin PNM ULaMM Cabang Kabupaten Bekasi, mengatakan bahwa pihaknya akan terlebih dahulu mengecek persyaratan yang dibutuhkan sesuai mekanisme aturan yang berlaku.
Pinjaman modal untuk usaha mikro dan kecil dengan pembiayaan langsung bagi perorangan dan badan usaha melalui Unit Layanan Modal Mikro (PNM ULaMM).
PNM ULaMM dilengkapi dengan pelatihan, jasa konsultasi, pendampingan, serta dukungan pengelolaan keuangan dan akses pasar bagi nasabah.
PNM ULaMM menjadi gerai layanan di bawah satu atap (one stop shopping) bagi para pengusaha mikro dan kecil, yang dilengkapi dengan berbagai dukungan teknis bagi peminjam. Tujuannya adalah, membantu usaha mikro dan kecil agar terus berkembang sekaligus mempercepat kemajuan usahanya.
“Nanti akan kami sosialisasikan terkait besaran plafon yang bisa diberikan, termasuk besaran bunga yang akan dikenakan kepada penerima bantuan permodalan. Yang jelas, sejak PNM berdiri, untuk di Bekasi, kami sudah menyalurkan bantuan sebesar 514 miliar,” ujar Hadi.
Sementara itu, inisiator terbentuknya GBS, Sri Sugiarti, atau biasa disapa Sugih ini, mengharapkan agar pemerintah memberikan perhatian terhadap pelaku usaha kaum ibu-ibu yang tergabung dalam GBS.
“Ya harapannya tentu agar kami mendapatkan akses permodalan dari pemerintah, terutama dari PNM atau LPDB. Karena, masalah permodalan memang menjadi kendala bagi kami selama ini, terutama untuk mengembangkan usaha. Padahal, potensi yang ada di Kab. Bekasi, saya melihatnya sangat bagus, sehingga diperlukan dukungan dari semua pihak, termasuk dari pemerintah,” ujar Sri.
Apalagi, katanya, pelaku UKM wanita dalam hal ini ibu-ibu, saat ini berjumlah sekitar 100 orang. “Tapi sampai saat ini baru sekitar 60 orang yang bergabung dari 12 kecamatan yang ada di Kabupaten Bekasi,” ujarnya menambahkan.
Bahkan, kata Sri, GBS juga memberikan pelatihan-pelatihan kepada para anggotanya, termasuk pengurusan izin badan hukum dan pendampingan sehingga para pelaku UKM bisa berdiri sendiri dan berkembang.
“Mudah-mudahan, keberadaan GBS, menjadi solusi bagi kaum ibu-ibu pelaku UKM yang ada di Kabupaten Bekasi. Saya berharap program pemerintah bisa diimplementasikan ke bawah, agar bisa dirasakan masyarakat menengah ke bawah.”
MULIA GINTING