Jurnal9.com
Headline IT

Benarkah Virus Corona Buatan Manusia? Ini Hasil Penelitiannya

Hasil penelitian virus corona

JAKARTA, jurnal9.com  Setelah ilmuwan dari Scripps Research menelusuri data genom publik untuk penelitian virus, hasilnya tidak ada bukti virus corona ini dibuat di laboratorium. Berdasarkan hasil penelitiannya virus corona adalah produk dari evolusi alami.

“Membandingkan data sekuens genom yang tersedia untuk strain virus corona, kita dapat  mengetahui bahwa SARS-cov-2 terjadi melalui proses alami,” ujar Kristian Anderson, peneliti Scripps Research, yang dikutip dari Miror.uk.

Dalam studi ini, para peneliti menganalisis genom untuk ‘lonjakan protein’. Analisis ini mengungkapkan protein sangat efektif untuk mengikat sel manusia, sehingga muncul  dan terjadi dari hasil seleksi alam.

“Jika seseorang mencari untuk merekayasa virus corona baru sebagai patogen, mereka akan membuatnya dari tulang punggung virus yang diketahui menyebabkan penyakit,” urai penelitian tersebut.

“Tetapi para ilmuwan menemukan bahwa tulang punggung SARS-CoV-2 berbeda secara substansial dari virus corona yang sudah dikenal, dan sebagian besar virus terkait ditemukan dalam virus dan Pangolin.”

Berdasarkan temuan tersebut, para peneliti melihat adanya kemungkinan virus corona berasal dari hewan lain, sebelum melompat ke manusia.

Penelitian lanjutan untuk mengkonfirmasi dari mana asal virus itu, perlu dilakukan penelitian yang berharap ada temuan yang akan menghancurkan klaim bahwa virus itu buatan manusia.

Saat pandemi virus corona menginfeksi jutaan orang di seluruh dunia, muncul spekulasi bahwa penyakit virus tersebut diciptakan manusia dan direkayasa secara genetik di laboratorium. Kemudian sejumlah ilmuwan yang sudah melakukan penelitian tentang virus ini mengungkapkan bahwa covid-19 bukan buatan manusia. Meski masih ada yang belum mempercayai hasil penelitian ini.

Termasuk Presiden AS Donald Trump yang mencurigai China melakukan rekayasa virus corona di laboratorium Wuhan. Dia percaya virus corona telah disintesis secara buatan  di laboratorium China.

Bahkan Trump mengklaim memiliki bukti virus yang mematikan itu berasal dari laboratorium Institut Virologi di Wuhan China. Namun saat didesak wartawan mengenai bukti itu, Trump tidak bisa membeberkan bukti yang diklaimnya.

Presiden AS itu hanya mengatakan, “Kita akan melihat dari mana asalnya virus itu.”

Bahkan ia meyakini ada banyak teori.

Pejabat intelejen AS pun kini terus menyelidiki sumber virus tersebut dengan fokus pada teori covid-19 dari laboratorium di Wuhan China.

Baca lagi  Ahli Hukum Alvin Lim Prediksi Sambo Dijerat Hukuman Ringan

Melihat argumen Trump yang tidak jelas itu, Nigel McMilan, ahli imunologi dari Health Institute Queensland mengatakan, “Semua bukti itu menunjuk pada fakta covid-19 terbentuk secara alami, bukan buatan manusia,” seperti dikutip dari Science Alert.

Sebuah penelitian yang diterbitkan jurnal Nature Medicine akhir Maret lalu, penyelidikan data genom SARS-Cov-2 pada bagian reseptor virus (RBD) untuk melihat bagaimana virus bermutasi ke dalam benda yang mati. Studi tersebut menyebutkan SARS-Cov-2 tidak bisa dimanipulasi secara genetik.

Sudah jelas virus corona tidak bisa diciptakan di laboratorium. Cuma ada kekhawatiran bahwa virus tersebut ‘lolos’ dari penelitian yang kini sebagian besar fokus pada Institut Virologi Wuhan. Karena pejabat Kedutaan AS mengklaim keamanan laboratorium di institut Wuhan meragukan. Sehingga pejabat AS itu mencurigai laboratorium tersebut menyimpan virus corona.

Ahli virologi evolusi, Edward Holmes, dari Universitas Sydney, Australia, membeberkan hasil penelitiannya. “Hal paling dekat pada SARS-Cov-2 yang diketahui adalah kelelawar jenis RaTG13 yang disimpan di Institute Virologi Wuhan. Lalu muncul banyak spekulasi yang tidak berdasar, bahwa kelelawar itu menjadi sumber dari SARS-Cov-2,”  ungkapnya.

Namun, lanjut peneliti asal Australia itu, RaTG13 diambil sampelnya di Yunnan, China. Bukan diambil dari tempat asal pertama kali virus corona itu muncul di Wuhan. Sehingga ada perbedaan urutan genom antara SARS-Cov-2 dan RaTG13 yang setara dengan 50 tahun perubahan evulusioner.

Sekarang banyak peneliti yang menyebutkan virus dapat bermutasi secara alami di mana saja, pada inang hewan, pada manusia, atau dalam kultur sel laboratorium. Cuma sulit untuk menentukan di mana dan bagimana virus corona baru melakukan mutasinya, meski sebagian besar peneliti berpikir proses tersebut melibatkan hewan inang.

Kepala penelitian kelelawar virus corona Institute Virologi Wuhan, Shi Zhengli mengakui  sampel yang pertama kali ia terima dari pasien covid-19, setelah diteliti secara menyeluruh ternyata tidak ada kecocokan dengan virus yang dikerjakan di laboratoriumnya.

Hassan Vally dari Universitas La Trobe Epidemologi, dalam penelitiannya menyebutkan selama beberapa waktu, virus corona lain seperti SARS dan MERS yang terjadi sebelumnya, juga dapat menyebabkan pandemi, dan munculnya virus corona baru dengan potensi bukan kejutan lagi,” urainya.

ARIEF RAHMAN MEDIA

Related posts

Waduh! Prediksi Chatib Basri: Ekonomi Bisa Melambat Lagi Pada Kuartal III/2021

adminJ9

Siapa Sebenarnya Yahya Waloni, Ini Kisahnya Saat Memilih Jadi Ustadz

adminJ9

Rasmus Paludan Gagal Calonkan Legislatif di Swedia, Lalu Frustrasi Bakar Alquran?

adminJ9